ONTOLOGI I : NOMINALISME, REALISME DAN PANDANGAN DUNIA MEKANISTIK

Posted: Oktober 21, 2012 in SOSIOLOGI & FILSAFAT

Asumsi yang bersifat ontologis merupakan asumsi yang menyangkut hakikat fenomena yang diselidiki. Para ilmuwan sosial, misalnya, dihadapkan dengan pertanyaan ontologis dasar: apakah realitas diteliti sebagai suatu yang berada di luar diri manusia yang merasuk ke dalam alam kesadaran seseorang; ataukah merupakan hasil dari kesadaran seseorang? Apakah realitas itu merupakan keadaan yang obyektif atau hasil dari pengetahuan seseorang (subyektif)? Apakah realitas itu memang sesuatu yang sudah ada (given) di luar pikiran seseorang atau hasil dari pikiran seseorang.

istilah-istilah ini telah banyak menjadi subjek diskusi dalam literatur dan area-area kontroversi disekitarnya. Kaum normalis berada pada asumsi bahwa dunia sosial eksternal untuk kesadaran individu tidak lebih dari sebuah nama, konsep dan label yang digunakan untuk struktur realitas. Nominalist tidak pernah mengakui adanya stuktur apapun yang rill untuk menggambarkan konsep ini. Nama dianggap sebagai kreasi yang didasarkan pada kenyamanan mereka yang digunakan sebagai alat untuk menggambarkan, menciptakan rasa, dan melakukan negosiasi di dunia luar.

Realisme di sisi lain, berpatokan bahwa dunia sosial eksternal untuk kesadaran individual merupakan dunia nyata yang tercipta dari sesuatu yang keras, nyata, dan relative tidak berubah. Apakah kita menamai dan merasakan atau tidak struktur ataupun pertahanan para realis, mereka akan tetap ada sebagai entitas empiris. Bahkan mungkin kita tidak menyadari keberadaan struktur penting tertentu sehingga tidak memberikannya nama atau konsep untuk mengartikulasikan mereka. Bagi para Realis, dunia sosial ada secara independen dari apresiasi manusi terhadapnya. Individu dipandang sebagai seseorang yang dilahirkan dan hidup dalam dunia sosial yang memiliki realitas sendiri. Ini bukanlah sesuatu yang diciptakan oleh invidu di luar sana. Secara ontologis, hal itu ada sebelum keberadaan dan kesadaran dari setiap manusia tunggal. Bagi realis, dunia sosial memiliki eksistensi yang sama keras dan konkritnya seperti alam.

Kaum mekanistik melihat gejala alam, termasuk makhluk hidup, hanya sebatas gejala fisika. Isaac Newton merumuskan system berpikir yang dipandang sebagai bentuk akhir filsafat mekanis. Masa tersebut dipandang sebagai mas aperalihan dari nilai-nilai yang lama ke nilai-nilai yang baru, dengan menggunakan sains modern sebagai perwujudannya. Realitas kehidupan manusia ditempatkan berdasarkan realitas yang otonom dengan hanya berdasarkan pada bukti-bukti empiris. Masyarakat akan selalu menetapkan fakta yang diakui eksistensinya oleh sain yang mekanistik. Pengalaman manusia diukur hanya dengan hitungan matematis tanpa mengikutsertakan unsur lain.

Sumber :
1. Burrel, Gibson and Morgan Gareth. 1979. Sociological Paradigms and organizational Analysis : Elements of the Sociology of Corporate Life. London : Heinemann
2. Moh. Dahlan. 2009. Relasi Sains Modern dan Sains Islam Suatu Upaya Pencarian Paradigma baru. Volume 12 No. 2

Tinggalkan komentar